Rabu, 06 Februari 2013

cerita hari ini

NEGERI DI BALIK AWAN.......
Negeri di balik awan, negeri atas awan, atau desa di balik naungan awan? Entahlah ada ide mungkin untuk memberi judul tulisan ini? Entahlah ini sebuah tulisan atau sekedar buah cerita dari seorang amatiran. Sesuai judul di atas aku akan bercerita tentang sebuah tempat, dimana mata memandang, ia takkan berkedip, dan bibir akan senantiasa terlantun ucapan “Maha Suci Allah” Tampak ketika suasana cerah, ketika mentari mulai nampak mengintip malu2 dari balik bukit, hingga menampakkan wujudnya menyinari alam semesta. Sinar itu mampu memantulkan cahaya yang luar biasa,dan menyorot ke arah desaku. Tampak mengagumkan tatkala kumpulan awan mengerumuni desa tepat di bawah gunung. Maka dari atas bukit akan tampak lautan awan yang membentang luas, dimana ada gunung yang menaunginya. Ketika suasana mendung, kumpulan kabit tebal seringkali menyelimuti desa kami, hingga jalan-jalan tak tampak lagi, suasana amat gelap, hawa dingin amat menusuk hingga pori-pori. Itulah tempat dimana aku lahir, di sebuah desa pelosok , tepat berada di lereng gunung sindoro. Pemandangan mengesankan, dimana aku tak kan pernah bosan bersyukur. Sekarang aku lebih merindukan tempat itu, karena kini aku telah berada nun jauh di tengah kota untuk merantau, mencari ilmu demi sebuah harapan dan cita2 besar. Pulang kampung adalah sebuah pilihan jika aku telah merasa jenuh di kota, di sana berbagai inspirasi akan segera muncul, pikiran yang mendidih akan segera terbasuh oleh angin kesejukan khas pegunungan. Teringat memory ku tentang kehidupan disana, aktifitas penduduknya yang tak pernah tampak lelah. Suasana pagi amatlah mengesankan, tatkala penduduk beragkat untuk mengais sedikit rizki dari buah kerja keras mereka di ladang. Senyumku mengembang, ketika melihat beberapa petani saling bertemu di jalan, tak kan pernah kelewatan untuk saling menyapa dan bercengkrama sebelum melanjutkan perjalanan panjang menuju alas yang tidaklah dekat jaraknya dan tiadalah mudah rute perjalanannya. Namun semua dijalankan seakan tiada beban dengan bekal senyum tulus dan ikhlas. Hal itulah yang menjadi nilai tersendiri bagi orang desa, keramahan. Tidak seperti orang kota, yang acuh tak acuh dengan orang lain. Satu hal yang kurang dari desa kami adalah cara mereka memadang pendidikan, dalam benak mereka telah terlintas pikiran, “Untuk apa pendidikan tinggi, toh akhirnya sama saja mencari kerja”. Dan nikah muda adalah hal yang wajar bagi desa kami. Itulah yang menjadi motivasiku untuk bisa membuatperubahan besar, perubahan besar bagi desa ini. Yaitu merubah cara pandang masyarakat tentang pentingnya pendidikan, yang dapat menjadi gerbang menuju perbaikan ekonomi dan kualitas hidup. Selain itu, Sebenarnya banyak kekayaan yang dapat dijadikan penghasilan untuk menambah biaya hidup mereka, yaitu wisata alam. Banyak kekayaan alam yang terkandung dan dapat dijadikan pariwisata jika dikelola dengan baik, namun segala hal tampak terbiarkan dan tak terurus. Semoga atas doa restu semua orang yang, mampu menjadi motivasiku untuk menggapai mimpi itu. Amiiin.